Merupakan sebuah kesyukuran tersendiri bisa lahir dan menjadi bagian dari negara yang memiliki keanekaragaman budaya serta kekayaaan alam dari tanahnya yang subur ini. Mungkin kita semua sudah mengetahui mengenai kedatangan bangsa-bangsa Eropa di Nusantara pada abad 16 dan 17, mereka datang bermil-mil jauhnya hanya untuk mencari rempah (cengkeh dan pala) yang merupakan tanaman asli Maluku tersebut. Ya, mereka datang karena kesuburan tanah nusantara kita.
Bagi orang Indonesia, rempah memiliki hubungan yang erat terhadap kehidupan sosial budaya disekitarnya. Ya, sangat erat. Kita begitu mudah mendapatkan rempah-rempah asli Indonesia ini, digunakan dengan berbagi macam cara berdasarkan kebutuhan, mulai dari rempah yang menjadi sejarah dan kebudayaan di derahnya, rempah dijadikan penyedap masakan, rempah untuk bahan perobatan tradisional, dan masih banyak lagi keterhubungan lainnya. Baiknya praktek-praktek semacam itu agar diperkenalkan serta dilestarikan karena rempah adalah bagian dari Mahakarya Indonesia yang sudah mendunia.
Untuk menjaga dan tetap melestarikan gemah rempah yang sudah ada, perlu satu usaha bersama untuk terus menggaungkannya, seperti membuat sebuah “Kampung Rempah”. Konsep Kampung Rempah ini adalah sebuah perkampungan petani penghasil rempah yang dijadikan kampung wisata rempah yang menghadirkan semua aktifitas mulai dari kebudayaan, masakan, kecantikan, pengobatan hingga sejarahnya untuk pengunjung.
Memberdayakan masyarakat dalam perkampungan tersebut sebagai bagian dalam kampung rempah adalah hal yang paling penting, hal itu pun dapat menjadi solusi pendapatan masyarakat ketika menunggu musim panen rempah tiba. Selain hal tersebut yang paling mengerti mengenai budaya, sejarah, masakan dan hal-hal lain warga daerah itu sendiri, tapi penting kiranya dilakukan pelatihan keterampilan untuk warga kesekitar seputar konsep yang ingin diterapkan di kampung rempah.
Rumah Sejarah Rempah
Ekspedisi Pelayaran Hongi (Hongie tochten) yang dilakukan oleh VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie) pada abad ke 17, adalah sebuah ekspedisi yang bertujuan untuk meraup semua tanaman cengkeh di Ternate, Tidore, Moti dan Makian. Mereka melakukan ekspedisi tersebut untuk memonopoli perdagangan rempah-rempah di Nusantara saat itu, berawal dari rempahlah bangsa-bangsa Eropa mulai menjajah Nusantara.
Sangat banyak sejarah rempah di Nusantara ini, begitu menariknya ketika sejarah-sejarah rempah tersebut dikumpulkan lalu dikemas dalam bentuk visual dan dipamerkan melalui museum kecil berbentuk rumah dalam Kampung Rempah. Jadi mereka yang datang ke Kampung Rempah tersebut akan mengenal sejarah rempah lebih dalam.
Selain memberikan informasi mengenai sejarah rempah, rumah sejarah juga menawarkan kuliah rempah pada pengunjungnya. Kuliah rempah di sini berkonsep sebuah kelas yang memberikan pengetahuan seputar sejarah, budaya, dan hubungan rempah pada sosial masyarakatnya. Hal ini diberikan sebagai pegangan pengetahuan tentang rempah saat berkeliling di kampung tersebut.
Rumah Pengobatan Rempah
Saat masih kecil, ibu pernah memberikan minyak cengkeh untuk gigi saya yang sakit akibat berlubang, minyak tersebut diteteskan pada sebuah kapas dan dimasukan pada lubang gigi yang sakit. Kata ibu, minyak cengkeh tersebut dapat menghilangkan rasa sakit pada gusi dari gigi yang berlubang. Bukankah Haji Djamari juga menjadikan minyak cengkeh sebagai obat dari sakit dada yang ia derita, hingga ia meracik ramuan obat baru yakni cengkeh dan tembakau yang akhirnya menjadi sejarah dari rokok kretek di Indonesia.
Sangat banyak pengobatan tradisional dengan menggunakan rempah sebagai bahan utama di Indonesia. Memasukan rumah pengobatan tradisional dalam Kampung Rempah adalah sebuah hal yang baik. Rumah pengobatan ini akan menawarkan kepada tamu yang datang mengenai apa-apa saja rempah yang dapat dijadikan obat tradisional, tamu pun dapat langsung berobat di rumah pengobatan rempah ini, bila mau. Jadi, selain mengenal rempah secara mendalam, pengunjung pun dapat belajar dan mencoba pengobatan tradisional rempah ini.
Rumah Kecantikan Rempah
Dulu, saat jaman kerajaan, perempuan-perempuan bangsawan menggunakan rempah sebagai salah satu bahan perawatan kecantikan. di Sulawesi Selatan, ada lulur berbahan rempah yang dipercayai sering digunakan perempuan bangsawan Bugis saat jaman kerajaan dahulu, lulur tersebut dikenal dengan sebutan “bedak lotong” atau bedak hitam yang bahannya sebagian besar dari rempah.
Di Maluku dahulu pun terdapat dua kerajaan besar, yakni kerajaan tidore dan ternate. Bukan tidak mungkin perempuan-perempuan bangsawan kerajaan tersebut pun mempunyai ramuan-ramuan kecantikan dengan berbahan rempah.
Foto: rempah-rempah untuk kecantikan | sumber visitindonesia
Rumah kecantikan tradisional dalam Kampung Rempah ini menawarkan perawatan kecantikan kepada pengunjung, mulai dari lulur dan spa rempah, obat-obatan kecantikan, hingga mandi kecantikan dari bahan-bahan rempah pun mereka bisa dapatkan.
Rumah Budaya Rempah
Bagi beberapa wilayah di Maluku, rempah adalah sumber penghidupan besar bagi masyarakatnya dan itu sudah tertanam sejak dulu, hingga kaitan rempah dan kebudayaan di Maluku sangat kuat. Salah satu ritual adat yang berhubungan rempah yakni Horum Sasadu, sebuah pesta adat perayaan panen rempah yang dilaksanakan oleh masyarakat di Halmahera Barat.
Kita paham, negara ini sangat kaya akan berbagai jenis budayanya. Memasukan kebudayaan yang berhubungan dengan rempah di Kampung Rempah adalah sebuah kemasan yang sangat menjual untuk kampung tersebut. Ya, sebuah konsep rumah yang menyediakan benda-benda atau informasi visual yang punya keterkaitan kebudayaan rempah.
Selain dapat mempelajari kebudayaan nusantara yang berhubungan dengan rempah, pengunjung pun akan disuguhkan pagelaran budaya setempat yang berhubungan dengan rempah.
Rumah Kuliner Rempah
Ketika berbicara rempah, tidak lengkap kiranya bila tidak menghadirkan kuliner Nusantara yang memakai bahan rempah, hampir keseluruhan masakan tradisional di Indonesia menggunakan rempah sebagai bahan penyedap masakan.
Setelah berkeliling menikmati suguhan-suguhan di Kampung Rempah, tentu adalah sebuah hal yang menarik ketika pengunjung diistemewakan dengan beristirahat sambil menikmati beraneka ragam kuliner berbahan rempah. Rumah kuliner dengan konsep lesehan dan prasmanan, serta desain rumah yang bergaya tradisional akan semakin membuat pengunjung di kampung tersebut semakin tertarik.
Tapi, bagi saya sendiri, menikmati kopi atau teh rempah yang dipadukan dengan kue-kue berbahan rempah, adalah sebuah hal yang sangat menyenangkan sambil melihat aktifitas warga kampung tersebut di sore hari.
Rumah Ole-ole Rempah
Setiap melakukan kunjungan disebuah tempat sangat banyak pengunjung ingin membawa pulang beberapa cendera mata daerah tersebut untuk dibagikan kepada kerabat atau teman-temannya nanti. Dalam Kampung Rempah pun menyediakan sebuah rumah ole-ole khas bertema rempah dari tempat tersebut, baik itu berupa gantungan kunci, obat tradisonal kemasan, makanan kemasan, baju bernuansa rempah, kerajinan tangan dari rempah hingga produk-produk kecantikan kemasan yang semua berbahan rempah khas daerah tersebut.
*****
Hadirnya kampung rempah sebagai tempat untuk terus menggemakan gaung rempah nusantara sebaiknya dibarengi juga dengan informasi tentang rempah yang dilakukan di kampung rempah, yang paling bisa menjangkau penyebaran informasi tersebut adalah sebuah situs website. Era digital saat ini penyebaran informasi melalui dunia maya terlihat sangat cepat dan tepat pada sasaran, tujuan situs tersebut memberikan update informasi seputar rempah Indonesia serta informasi mengenai kampung rempah. Selain memberikan informasi, situs tersebut juga mengumpulkan dan dijadikan tempat sharing bagi para pecinta rempah di Indonesia.
Rempah yang menjadi Mahakarya Indonesia telah menghadirkan sejarah penting yang panjang untuk diceritakan pada anak cucu kita nanti, sudah sepantasnya kita terus menjaga dan melestarikan gemah rempah tersebut di daerah yang menjadi pusat sejarah rempah Nusantara.
0 comments:
Post a Comment